Saturday, 26 January 2019
Sunday, 13 January 2019
cerpen : GAK DUWE JUDUL
GAK DUWE JUDUL
AYO KITA SUDAH DI KEJAR DEADLINE
WAKTUNYA SUDAH TIDAK MEMUNGKINKAN UNTUK BERSANTAI-SANTAI, AYO…AYO…AYO…!
teriak panitia penyelengara acara
membuat gaduh suasana yang semakin gaduh namun tak berselang lama suasana
hening kembali menerpa ruangan yang lebarnya seluas aula dalam flim harry
potter sejauh mata memandang hanya ada manusia yang sibuk dengan laptopnya
masing-masing, semua kembali pada aktivitasnya dan aku pun demikian kembali
pada tempat vip yang telah di sediakan untukku oleh panitia dan beberapa orang
lain yang turut di undang oleh panitia juga, dan tak berselang lama ketika aku
mulai menghadap laptop hadiah dari pembaca blogku, aku tertegun melihat layar
laptopku, diam bergeming tak ada aktifitas sama sekali, layar laptop mahal itu
hanya memancarkan sinar cerah nan tak ada keindahanya karna ku hanya menatap
kosong padanya “aku gak duwe judul” itulah yang di ucapkan oleh hatiku, otakku
mulai kram karna tiba-tiba semua ide itu hilang dari tempurungnya, layaknya seperti kisah syekh ibn maliki pengarang
nadhom nahwu yang sangat melegenda kisahnya yaitu Alfiyah ibn malik dengan
seribu baitnya mengalahkan nadhom nahwu milik gurunya syekh Assuyuti ibn
Mu’thi, namun di tengah akan menuliskan karya master piecenya dalam bidang
nahwu dan shorof itu, tiba-tiba semuanya lenyap dari hati dan pikiran beliau,
ya kejadian seperti itulah yang aku alami pada saat ini, walau alimku tidak
seperti beliau beliau yang melegenda dalam bidang keilmuan yang
menghiasai dunia sastra arab juga islam, acara ini memang di khususkan
untuk blogger yang gemar menulis cerita pada web, dengan dalih demi mewujudkan
cita rasa dan kecintaan pada seni tulis dan sastra, seorang dermawan muda yang
sangat suka dalam dunia tulis menulis ingin melihat langsung proses kreatif
para penulis cerita di blog secara langsung maka dermawan muda itu mulai
mengadakan iklan yang tersebar dari blog ke blog hingga sampailah undangan VIP
itu padaku, dalam iklan tersebut di tuliskan silakan datang untuk pecinta
blogger penulis cerita ber gendre bebas (roman,horror,politik,criminal,alay dan
lain sebagainya) dan dalam tulisan di iklan itu bebas untuk siapa saja,,,,,lalu
kulirik undangan VIP di tanganku ada contact person yang bisa untuk di hubungi
dengan inisial DM, tak menunggu lama langsung saja ku kontak yang tertera dalam
undangan itu 085645****** setelah tersambung di seberang sana di jawab, tanpa
bertanya dia langsung menjelaskan detailnya juga tanpa bertanya siapa
penelponnya, setelah selesai menjelaskan panjang lebar terdengar suara Tuutt…itu
menandakan suara telpon di tutup tanpa sempat aku berucap satu kata, karna
merasa tidak di hargai aku sebagai
penelpon ku coba untuk menghubungi lagi namun berkali kali kucoba menghubungi
DM yang kudapat hanya jawaban yang sama dari operator bahwa “nomor yang anda
tuju tidak terdaftar” setelah beberapa kali mencoba tetap tidak bisa dan
kurasakan kecewa hati ini sudah sedikit mereda, hatiku pun berkata “ya
sudahlah toh kita sudah dapat undangan, walau bukan penulis cerita” ya aku
bukanlah seorang penulis cerita seperti yang di harapkan dalam iklan tersebut,
namun aku juga seorang pegiat blogger dengan postingan teori-teori menulis
sastra modern atau yang dikenal dengan DUNIA BARU, ya sempat beberapa
postinganku menggemparkan communitas communitas sastra dengan teori teori yang
ku tulis dalam blogku, sejak saat itu aku mulai di kenal di dunia maya
khususnya para penulis cerita blogger dengan sebutan dunia baru, bahkan aku
sering diundang dalam kajian kajian communitas mulai dari Nderes puisi bareng
di daerah N, sunyi senyap jalan penulis dikota Y, istikhoroh wangsit gawe nulis
di kota J dan lain sebagainya walau
dalam kenyataanya ketika di undang aku hanya diperkenalkan sebagai pembaharu
dunia sastra dalam bidang tulis menulis
namun tidak pernah sekalipun di beri kesempatan untuk berbicara di depan
public “masyarakat disini belum siap menerima ide teorimu” itu kelakar beberapa
narasumber ketika aku protes kepihak penyelenggara atas kesemenangan mereka
karna sebagai narasumber tidak di beri kesempatan untuk berbicra bahkan ketika
ada yang bertanya padaku tentang teori dunia baru, moderator sebagai pemandu
acaranya selalu memberikannya pada narasumber lain, lagi lagi hatiku yang
mendamaikan “Ya sudahlah” namun aku tetap bersyukur tentang keadaan itu
karna sekarang kenalan dan teman teman baru juga relasiku semakin banyak, dan
mungkin narasumber narasumber itu banyak benarnya ‘’mungkin mayarakat daerah
ini belum siap mengadopsi teori dunia baruku yang terinspirasi dari
seorang kawan atau aku yang belum siap” dan
tepat pada hari ini baru kutemukan jawabannya, ternyata akulah yang belum siap
untuk mewujudkannya, aku tetap duduk bersila sambil memangku laptop pemberian
pembaca blogku yang ku kenal dengan nama gimin, aku tak pernah tahu nama
aslinya Cuma gimin selalu terpukau tiap membaca tulisan di blogku, saking
terpukaunya gimin rela merelakan tabungannya untuk menghadiahkan aku laptop
tepat pada tanggal aku mulai bergabung dengan blogger dan mulai menulis tentang
teori dunia baru, ahhh,,,,kenapa di saat seperti sekarang ini justru gimin yang
harus keluar sedangkan bagaimana dengan
karya master piisku yang beberapa tahun kedepan menjadi kisah yang paling
fenomenal yang akan sering di bicarakan masyarakat sastra layaknya puisi
almarhum munir “ A K U “ yang tak henti hentinya jadi kajian atau puisinya
bapak sapardi joko damono yang fenomenal dengan,
“aku ingin mencintaimu dengan
sederhana” sedangkan seluruh jagad mengakui bahwa mencintai itu bisa membuat
gila lalu kenapa dikatakan oleh bapak sapardi dengan sederhana, bahkan saking
gilanya qobil membunuh saudara kangdungnya sendiri habil hanya untuk
mendapatkan iqlima ada juga zulikho rela meninggalkan kerajaannya dan
menggembel karna begitu mencintai yusuf setelah suaminya qitfirul aziz
meninggal, dan masih banyak kisah mencintai yang di abadikan karna kegilaannya,
lalu kenapa bapak sapardi malah munuliskan mencintai dengan sederhana maka
karya yang demikianlah begitu fenomenal hingga melewati zamannya beliau hingga
sampai pada jaman milenial, itulah yang kurasakan sebelum saat ini tiba, ya
karya yang akan ku tulis sudah dalam benakku dan siap menggoncangkan dunia
sastra berikutnya setelah bang munir dan bapak sapardi namun yang kurasakan
saat ini adalaha AKU GAK DUWE JUDUL.
Wednesday, 9 January 2019
CERPEN ; T I - D H A R
T I-D H A R
Wahai mikail,,,,katakanlah padaku tanggal
berapa dan bulan apa paketan rizkiku di antarkan padaku aku sudah bosan
menunggu dalam ketidak pastian dan kekurangan nan panjang supaya aku bisa
menyambutnya di depan teras rumahku yang akhir-akhir ini tak pernah kutempati.
Itulah tidar setiap malam selepas tengah malam,
tidar keluar dan setelah turun dari masjid tiban ia berkeliling desa lalu
berhenti ketika hatinya mengatakan untuk berhenti dengan berteriak teriak,
namun katanya itu adalah doanya yang tidar panjatkan agar di dengar penghuni
langit, ya selepas kepergian ayahnya tidar menjadi satu satunya dari baninya
(bani namusah) dari garis keturunan ayahnya, dan dari garis keturunan ibunya
tidar tak tahu banyak soal ibunya dan ayahnya juga tak banyak cerita tentang
ibunya,tidar juga tidak dekat ibunya karna ibunya meninggal ketika tidar masih
tidak mengerti apa-apa, konon menurut cerita tidar yang di dengar dari ayahnya,
bani namusah(garis keturunan dari ayahnya) mempunyai sakit turunan bahkan sakit
itu telah turun temurun walau sudah melewati tujuh generasi keturunan entah
mitos atau fakta namun yang jelas itulah yang sedang terjadi dalam keluarga
bani namusah, nama namusah sendiri seolah menjadi nama kutukan untuk keluarga ayah
tidar, setiap penduduk desa yang telah di jelajahi oleh bani namusah entah
secara kebetulan atau memang adanya kutukan selalu saja ada bala’ yang terjadi
mulai kekeringan,kebakaran,kesurupan masal dan warga yang meninggal berturut-turut,
entahlah!
sedangkan nama namusah itu sendiri di sandang
kakek buyut yang keberapa dalam keluarga ayahnya tidar juga tidak ada yang
tahu, singkat cerita setelah di Tanya penyakit turunan yang bagaimana yang
melanda bani namusah, tidar sambil tersenyum sinis menjawab penyakit melarat
tidar menjawab dengan mata menyala jalang.
masih dalam penuturan tidar, ketika tidar alahir
ayahnya menamakannya MODAR dengan dalih bani namusah tinggal ayah
tidar saja, dengan logika tidar lahir dalam keaadan keluarganya sangat sangat
miskin dan ibu tidar dalam keadaan tak berdaya untuk menyusui apalagi merawat
jabang bayi dan di tafsir oleh ayahnya bayi itu takkan hidup lama atau akan
segera mati,
Dan bila nanti ada warga yang berbaik hati
untuk sekedar mengkubur anaknya dan di sumbang batu nisan maka di batu nisan
akan tertulis nama MODAR anaknya yang kurang beruntung karna
terlahir di garis keturunan terkutuk, itulah yang ada dalam benak ayah tidar
yang melihat bayi mungil nan kurang sehat itu, namun kelembutan hati seorang
ibu menyangkalnya dengan segala kekuatan yang masih tersisa ibu yang melahirkan
tadi berkata “ti-dhar” dengan jeda yang agak lama, ‘’tiada harapan
yang pudar’’ kata ibu itu lagi di sisa sisa tenaganya dan itu kalimat
terakhir yang terucap oleh ibu tidar, setelah mengucap itu ibu tidar tersenyum
manis sekali, bahkan ayah tidar berani bersumpah ketika mereka mulai menikah
sampai akhir hayat ibunya hanya senyum itu yang mengembang begitu manis nan
indah selama mereka berdua membina rumah tangga, hingga dua tahun kemudian ibu
tidar meninggal dan tidak pernah sekalipun berkata apa apa.
Tepat di usia tidar lima belas tahun, di situlah ayahnya mulai banyak
cerita tentang kerasnya hidup yang di jalani oleh keluarga namusah serta
ayahnya sendiri tentang bagaimana keluarga namusah meminta dan memohon kepada
sang pencipta serta usaha usaha nya namun semua bisa di rasakan hingga saat
itu, mereka masih tinggal di rumah kardus dan berpindah pindah bila hujan
melanda, mulai dari kota besar metropolitan,mini politan sampai kepedalaman
bahkan keterasingan, namun tidak juga membawa perubahan bagi bani namusah
sampai pada garis keturunan ayah dan tidar, ayah tidar juga menceritakan
bagaimana saudara saudara nya meninggal dunia mulai dari penyakit,di amok massa
sampai gantung diri, namun sebelum mereka semua tiada hanya ayah tidar yang di
beri wasiat untu meneruskan garis keturunan namusah atau yang terkenal dengan
bani terkutuk atau terkena kutukan “wes dadi tugasmu jo(ayah tidar), awakmu
kudu iso medot kutukan iku utowo pedoten bani namusah kui, gantien karo bani mu
dewe” dan setiap saudaranya berkunjung di tempat perantauannya setelah
menyelesaikan wasiat itu beberapa bulan di temukan mati, selalu saja seperti
itu.
Ya, sekarang tidar sendirian di tengah sunyinya malam yang ada hanya
ti-dhar dan tuhannya di malam itu.
CERPEN : DI JEMPUT NASI PECEL
Di jemput Nasi
pecel
Malam kian larut, embun pagi mulai
membasahi bumi mengendap di dedaunan hingga menetes dari dedaunan jatuh ke
bawah dan tanpa ada yang mengerakkan air embun yang telah mengendap di dedaunan
itu jatuh mengenai seorang santri yang tidur di pelataran gotakan (kamar) di
karnakan di dalam kamar sudah penuh oleh santri yang lain sehingga ia tidur di
emperan depan kamarnya dengan keadaan hati yang ikhlas dan tak lupa sebelum
mengkejamkan matanya santri itu berdoa, dalam salah doanya sebelum tidur ia
meminta kepada yang menguasai dan pemilik kegelapan agar ia di bangunkan ketika
di penghujung malam untuk menyempurnakan ibadah Sunnahnya, untuk sementara itu
yang di yakini oleh santri itu bahwa semua kegiatan ibadah Sunnah tidak akan lengkap(kurang
afdhol) bila tidak di lengkapi ibadah malam, ya itulah yang santri itu yakini
untuk sementara waktu, sampai akhirnya pada waktu yang ia telah sepakati dengan
tuhannya dalam doa nya untuk di bangunkan di penghujung malam,karna kalua di
sepertiga atau seperempat malam masih lamanya subuhnya kalua di penghujung
malam ibadah sebentar sudah subuh lagi-lagi itu juga yang di yakini oleh santri
ini untuk sementara waktu, namun ketika bangun santi ini mengdengar dengkuran
dari perutnya yang menandakan betapa mendalam laparnya perut santri itu namun
semua itu tidak di hiraukannya demi menghadap penciptaNya.
Layaknya seorang santri yang tidak begitu ngalim dalam
beribadah,santri ini pun demikian ketika selesai mengerjakan sholat Sunnah
beberapa rokaat ia melanjutkan dengan wiridan hariannya yang telah ia lampui
semenjak menginjakkan kaki di pesantren dan resmi menjadi santri hingga malam
ini,dalam keheningan malam hanya ada suara beberapa suara yang terdengar
ketelinganya dan pada saat bersamaan ketika bibirnya tak hentinya mengucap
dzikir namun hatinya mengabsen suara-suara yang di tangkap oleh telinganya,
“owh ini suara anak yang mengambil air wudlu, Astaghfirullahaladhim,,,” hati
dan bibirnya berucap bersamaan, begitu seterusnya dan seterusnya lalu “owh kalau
ini pecel,Astaghfirullah,,,”lagi-lagi bibir dan hati berucap bersamaan
namun kali ini bibirnya terhenti beberapa saat dan di gantikan otaknya yang
mencerca “nek iki pecel” Astaghfirullah,,,, kembali bibir santri itu
mengambil alih keadaan, dan seterusnya sampai adzan subuh berkumandang.
Setelah
mengerjakan sholat subuh berjamaah bayang bayang nasi pecel masih mengendap
dalam benaknya, mengepul nan masih hangat aroma sambal kacang khas sambelnya,sambil
terus mengerjakan aktifitas ibadahnya santri itu tidak menghiraukan aroma khas
sambelnya yang di taburi aneka sayuran mulai camba kemangi dan kangkung yang
menjadi ciri khas dari pecel itu sendiri, semua itu ia biarkan berlalu dalam
benaknya yang terus menggoda untuk segera lari membelinya atau hanya sekedar
mencium aromanya hmmmm,,,,,
Namun santri itu tetap pada pendiriannya yaitu menyelesaikan
apa yang telah ia mulai dengan cara istiqomah karna ia yakin apa yang telah di
ajarkan para guru gurunya dan kiainya patut untuk di amalkan, “jangankan aroma
nasi pecel,tsunami datang aq takkan meninggalkan apa yang telah aku istiqomahkan
hingga hari ini” santri itu berbicara dengan hatinya sendiri untu mensugesti
agar jiwanya tidak kendor dengan bisikan nafsu dan godaan nafsu lainnya(karna
santri itu masih membawa keyakinan, syetan tidak menggoda kita namun kita yang
tergoda dengan syetan karna liarnya nafsu yang tak terkendali) namun godaan
serta bisikan juga rayuan nafsu hampir memporak-porandakan ketahanannya selama
ini dengan datangnya suara berisik yang muncul dari perutnya,entah berapa jam
santri itu tidak makan sesuatu hingga bunyi perutnya begitu nyaring terdengar
oleh indra tubuhnya yang lain,namun jiwanya semangatnya terus berkobar dalam
kegamanganya itu ia teringat maqolah “istiqomah iku lueh becik dari seribu
karomah,yen siro wes biso istiqomah kuatno atimu njaluk nang pengeran e jagad
yen di kuatno atimu” suara itu begitu jelas mengema ketika godaan serta
bisikan nafsu semakin melemahkan raganya dan ketika semua usaha istiqomahnya hamper
selesai santri yang lain tiba-tiba
mengahampiri “kang ono sego pecel ndok gota’an kanggo kowe” sepintas semrawut
jiwanya ingin meloncat bahagia “HUUUUAAAAAA INILAH PERTOLONGAN ALLAH”bathinnya
begitu bahagia atas kabar demikian,semalaman hanya duduk bertafakhur dan sangat
ingin sego pecel namun akhirnya esoknya Allah mengirimkanya ”yo sek sedilut
maneh” namun kalimat itulah yang terucap dari lidahnya karna ia tak mau
menunjukan expresi bahagia karna keinginannya pada sego pecel di turuti Gusti
Allah,malah nanti di kira wong kesambet.
Santri lain yang memanggilnya mengajak sampai 3 kali namun
santri itu tetap bergeming dalam tafakhurnya seolah tak tahu akan hadirnya santri
yang lain dan kedatangan nasi pecel yang telah di idam-idamkan itu “ya wes lho
selak gak enak,,,”kata santri yang memangilnya sambil beranjak pergi dari
tempat bertafakhurnya santri itu, “nek gak enak brarti ono tumpang e iki”
tanpa berdiskusi dengan jiwanya, raganya lansung berdiri dan beranjak
meninggalkan tempat istiqomahnya ”nek kiriman teko gusti Allah yow kudu
lhang di disekno” bisikan nafsu pun mengiringi langkah menuju sego pecel
yang telah menjemputnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)