Sunday, 13 January 2019

cerpen : GAK DUWE JUDUL


GAK DUWE JUDUL
AYO KITA SUDAH DI KEJAR DEADLINE WAKTUNYA SUDAH TIDAK MEMUNGKINKAN UNTUK BERSANTAI-SANTAI, AYO…AYO…AYO…!
teriak panitia penyelengara acara membuat gaduh suasana yang semakin gaduh namun tak berselang lama suasana hening kembali menerpa ruangan yang lebarnya seluas aula dalam flim harry potter sejauh mata memandang hanya ada manusia yang sibuk dengan laptopnya masing-masing, semua kembali pada aktivitasnya dan aku pun demikian kembali pada tempat vip yang telah di sediakan untukku oleh panitia dan beberapa orang lain yang turut di undang oleh panitia juga, dan tak berselang lama ketika aku mulai menghadap laptop hadiah dari pembaca blogku, aku tertegun melihat layar laptopku, diam bergeming tak ada aktifitas sama sekali, layar laptop mahal itu hanya memancarkan sinar cerah nan tak ada keindahanya karna ku hanya menatap kosong padanya “aku gak duwe judul” itulah yang di ucapkan oleh hatiku, otakku mulai kram karna tiba-tiba semua ide itu hilang dari tempurungnya, layaknya  seperti kisah syekh ibn maliki pengarang nadhom nahwu yang sangat melegenda kisahnya yaitu Alfiyah ibn malik dengan seribu baitnya mengalahkan nadhom nahwu milik gurunya syekh Assuyuti ibn Mu’thi, namun di tengah akan menuliskan karya master piecenya dalam bidang nahwu dan shorof itu, tiba-tiba semuanya lenyap dari hati dan pikiran beliau, ya kejadian seperti itulah yang aku alami pada saat ini, walau alimku tidak seperti beliau beliau yang melegenda dalam bidang keilmuan yang menghiasai dunia sastra arab juga islam, acara ini memang di khususkan untuk blogger yang gemar menulis cerita pada web, dengan dalih demi mewujudkan cita rasa dan kecintaan pada seni tulis dan sastra, seorang dermawan muda yang sangat suka dalam dunia tulis menulis ingin melihat langsung proses kreatif para penulis cerita di blog secara langsung maka dermawan muda itu mulai mengadakan iklan yang tersebar dari blog ke blog hingga sampailah undangan VIP itu padaku, dalam iklan tersebut di tuliskan silakan datang untuk pecinta blogger penulis cerita ber gendre bebas (roman,horror,politik,criminal,alay dan lain sebagainya) dan dalam tulisan di iklan itu bebas untuk siapa saja,,,,,lalu kulirik undangan VIP di tanganku ada contact person yang bisa untuk di hubungi dengan inisial DM, tak menunggu lama langsung saja ku kontak yang tertera dalam undangan itu 085645****** setelah tersambung di seberang sana di jawab, tanpa bertanya dia langsung menjelaskan detailnya juga tanpa bertanya siapa penelponnya, setelah selesai menjelaskan panjang lebar terdengar suara Tuutt…itu menandakan suara telpon di tutup tanpa sempat aku berucap satu kata, karna merasa tidak di hargai aku  sebagai penelpon ku coba untuk menghubungi lagi namun berkali kali kucoba menghubungi DM yang kudapat hanya jawaban yang sama dari operator bahwa “nomor yang anda tuju tidak terdaftar” setelah beberapa kali mencoba tetap tidak bisa dan kurasakan kecewa hati ini sudah sedikit mereda, hatiku pun berkata “ya sudahlah toh kita sudah dapat undangan, walau bukan penulis cerita” ya aku bukanlah seorang penulis cerita seperti yang di harapkan dalam iklan tersebut, namun aku juga seorang pegiat blogger dengan postingan teori-teori menulis sastra modern atau yang dikenal dengan DUNIA BARU, ya sempat beberapa postinganku menggemparkan communitas communitas sastra dengan teori teori yang ku tulis dalam blogku, sejak saat itu aku mulai di kenal di dunia maya khususnya para penulis cerita blogger dengan sebutan dunia baru, bahkan aku sering diundang dalam kajian kajian communitas mulai dari Nderes puisi bareng di daerah N, sunyi senyap jalan penulis dikota Y, istikhoroh wangsit gawe nulis di kota J dan lain  sebagainya walau dalam kenyataanya ketika di undang aku hanya diperkenalkan sebagai pembaharu dunia sastra dalam bidang tulis menulis  namun tidak pernah sekalipun di beri kesempatan untuk berbicara di depan public “masyarakat disini belum siap menerima ide teorimu” itu kelakar beberapa narasumber ketika aku protes kepihak penyelenggara atas kesemenangan mereka karna sebagai narasumber tidak di beri kesempatan untuk berbicra bahkan ketika ada yang bertanya padaku tentang teori dunia baru, moderator sebagai pemandu acaranya selalu memberikannya pada narasumber lain, lagi lagi hatiku yang mendamaikan “Ya sudahlah” namun aku tetap bersyukur tentang keadaan itu karna sekarang kenalan dan teman teman baru juga relasiku semakin banyak, dan mungkin narasumber narasumber itu banyak benarnya ‘’mungkin mayarakat daerah ini belum siap mengadopsi teori dunia baruku yang terinspirasi dari seorang kawan atau aku yang belum siap”  dan tepat pada hari ini baru kutemukan jawabannya, ternyata akulah yang belum siap untuk mewujudkannya, aku tetap duduk bersila sambil memangku laptop pemberian pembaca blogku yang ku kenal dengan nama gimin, aku tak pernah tahu nama aslinya Cuma gimin selalu terpukau tiap membaca tulisan di blogku, saking terpukaunya gimin rela merelakan tabungannya untuk menghadiahkan aku laptop tepat pada tanggal aku mulai bergabung dengan blogger dan mulai menulis tentang teori dunia baru, ahhh,,,,kenapa di saat seperti sekarang ini justru gimin yang harus keluar  sedangkan bagaimana dengan karya master piisku yang beberapa tahun kedepan menjadi kisah yang paling fenomenal yang akan sering di bicarakan masyarakat sastra layaknya puisi almarhum munir “ A K U “ yang tak henti hentinya jadi kajian atau puisinya bapak sapardi joko damono yang fenomenal dengan,
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana” sedangkan seluruh jagad mengakui bahwa mencintai itu bisa membuat gila lalu kenapa dikatakan oleh bapak sapardi dengan sederhana, bahkan saking gilanya qobil membunuh saudara kangdungnya sendiri habil hanya untuk mendapatkan iqlima ada juga zulikho rela meninggalkan kerajaannya dan menggembel karna begitu mencintai yusuf setelah suaminya qitfirul aziz meninggal, dan masih banyak kisah mencintai yang di abadikan karna kegilaannya, lalu kenapa bapak sapardi malah munuliskan mencintai dengan sederhana maka karya yang demikianlah begitu fenomenal hingga melewati zamannya beliau hingga sampai pada jaman milenial, itulah yang kurasakan sebelum saat ini tiba, ya karya yang akan ku tulis sudah dalam benakku dan siap menggoncangkan dunia sastra berikutnya setelah bang munir dan bapak sapardi namun yang kurasakan saat ini adalaha AKU GAK DUWE JUDUL.             

Wednesday, 9 January 2019

CERPEN ; T I - D H A R


T I-D H A R
       
           Wahai mikail,,,,katakanlah padaku tanggal berapa dan bulan apa paketan rizkiku di antarkan padaku aku sudah bosan menunggu dalam ketidak pastian dan kekurangan nan panjang supaya aku bisa menyambutnya di depan teras rumahku yang akhir-akhir ini tak pernah kutempati.
Itulah tidar setiap malam selepas tengah malam, tidar keluar dan setelah turun dari masjid tiban ia berkeliling desa lalu berhenti ketika hatinya mengatakan untuk berhenti dengan berteriak teriak, namun katanya itu adalah doanya yang tidar panjatkan agar di dengar penghuni langit, ya selepas kepergian ayahnya tidar menjadi satu satunya dari baninya (bani namusah) dari garis keturunan ayahnya, dan dari garis keturunan ibunya tidar tak tahu banyak soal ibunya dan ayahnya juga tak banyak cerita tentang ibunya,tidar juga tidak dekat ibunya karna ibunya meninggal ketika tidar masih tidak mengerti apa-apa, konon menurut cerita tidar yang di dengar dari ayahnya, bani namusah(garis keturunan dari ayahnya) mempunyai sakit turunan bahkan sakit itu telah turun temurun walau sudah melewati tujuh generasi keturunan entah mitos atau fakta namun yang jelas itulah yang sedang terjadi dalam keluarga bani namusah, nama namusah sendiri seolah menjadi nama kutukan untuk keluarga ayah tidar, setiap penduduk desa yang telah di jelajahi oleh bani namusah entah secara kebetulan atau memang adanya kutukan selalu saja ada bala’ yang terjadi mulai kekeringan,kebakaran,kesurupan masal dan warga yang meninggal berturut-turut, entahlah!
sedangkan nama namusah itu sendiri di sandang kakek buyut yang keberapa dalam keluarga ayahnya tidar juga tidak ada yang tahu, singkat cerita setelah di Tanya penyakit turunan yang bagaimana yang melanda bani namusah, tidar sambil tersenyum sinis menjawab penyakit melarat tidar menjawab dengan mata menyala jalang.
masih dalam penuturan tidar, ketika tidar alahir ayahnya menamakannya MODAR dengan dalih bani namusah tinggal ayah tidar saja, dengan logika tidar lahir dalam keaadan keluarganya sangat sangat miskin dan ibu tidar dalam keadaan tak berdaya untuk menyusui apalagi merawat jabang bayi dan di tafsir oleh ayahnya bayi itu takkan hidup lama atau akan segera mati,
Dan bila nanti ada warga yang berbaik hati untuk sekedar mengkubur anaknya dan di sumbang batu nisan maka di batu nisan akan tertulis nama MODAR anaknya yang kurang beruntung karna terlahir di garis keturunan terkutuk, itulah yang ada dalam benak ayah tidar yang melihat bayi mungil nan kurang sehat itu, namun kelembutan hati seorang ibu menyangkalnya dengan segala kekuatan yang masih tersisa ibu yang melahirkan tadi berkata “ti-dhar” dengan jeda yang agak lama, ‘’tiada harapan yang pudar’’ kata ibu itu lagi di sisa sisa tenaganya dan itu kalimat terakhir yang terucap oleh ibu tidar, setelah mengucap itu ibu tidar tersenyum manis sekali, bahkan ayah tidar berani bersumpah ketika mereka mulai menikah sampai akhir hayat ibunya hanya senyum itu yang mengembang begitu manis nan indah selama mereka berdua membina rumah tangga, hingga dua tahun kemudian ibu tidar meninggal dan tidak pernah sekalipun berkata apa apa.
           Tepat di usia tidar lima belas tahun, di situlah ayahnya mulai banyak cerita tentang kerasnya hidup yang di jalani oleh keluarga namusah serta ayahnya sendiri tentang bagaimana keluarga namusah meminta dan memohon kepada sang pencipta serta usaha usaha nya namun semua bisa di rasakan hingga saat itu, mereka masih tinggal di rumah kardus dan berpindah pindah bila hujan melanda, mulai dari kota besar metropolitan,mini politan sampai kepedalaman bahkan keterasingan, namun tidak juga membawa perubahan bagi bani namusah sampai pada garis keturunan ayah dan tidar, ayah tidar juga menceritakan bagaimana saudara saudara nya meninggal dunia mulai dari penyakit,di amok massa sampai gantung diri, namun sebelum mereka semua tiada hanya ayah tidar yang di beri wasiat untu meneruskan garis keturunan namusah atau yang terkenal dengan bani terkutuk atau terkena kutukan “wes dadi tugasmu jo(ayah tidar), awakmu kudu iso medot kutukan iku utowo pedoten bani namusah kui, gantien karo bani mu dewe” dan setiap saudaranya berkunjung di tempat perantauannya setelah menyelesaikan wasiat itu beberapa bulan di temukan mati, selalu saja seperti itu.
         Ya, sekarang tidar sendirian di tengah sunyinya malam yang ada hanya ti-dhar dan tuhannya di malam itu.       





CERPEN : DI JEMPUT NASI PECEL


Di jemput Nasi pecel
          Malam kian larut, embun pagi mulai membasahi bumi mengendap di dedaunan hingga menetes dari dedaunan jatuh ke bawah dan tanpa ada yang mengerakkan air embun yang telah mengendap di dedaunan itu jatuh mengenai seorang santri yang tidur di pelataran gotakan (kamar) di karnakan di dalam kamar sudah penuh oleh santri yang lain sehingga ia tidur di emperan depan kamarnya dengan keadaan hati yang ikhlas dan tak lupa sebelum mengkejamkan matanya santri itu berdoa, dalam salah doanya sebelum tidur ia meminta kepada yang menguasai dan pemilik kegelapan agar ia di bangunkan ketika di penghujung malam untuk menyempurnakan ibadah Sunnahnya, untuk sementara itu yang di yakini oleh santri itu bahwa semua kegiatan ibadah Sunnah tidak akan lengkap(kurang afdhol) bila tidak di lengkapi ibadah malam, ya itulah yang santri itu yakini untuk sementara waktu, sampai akhirnya pada waktu yang ia telah sepakati dengan tuhannya dalam doa nya untuk di bangunkan di penghujung malam,karna kalua di sepertiga atau seperempat malam masih lamanya subuhnya kalua di penghujung malam ibadah sebentar sudah subuh lagi-lagi itu juga yang di yakini oleh santri ini untuk sementara waktu, namun ketika bangun santi ini mengdengar dengkuran dari perutnya yang menandakan betapa mendalam laparnya perut santri itu namun semua itu tidak di hiraukannya demi menghadap penciptaNya.
Layaknya seorang santri yang tidak begitu ngalim dalam beribadah,santri ini pun demikian ketika selesai mengerjakan sholat Sunnah beberapa rokaat ia melanjutkan dengan wiridan hariannya yang telah ia lampui semenjak menginjakkan kaki di pesantren dan resmi menjadi santri hingga malam ini,dalam keheningan malam hanya ada suara beberapa suara yang terdengar ketelinganya dan pada saat bersamaan ketika bibirnya tak hentinya mengucap dzikir namun hatinya mengabsen suara-suara yang di tangkap oleh telinganya, “owh ini suara anak yang mengambil air wudlu, Astaghfirullahaladhim,,,” hati dan bibirnya berucap bersamaan, begitu seterusnya dan seterusnya lalu “owh kalau ini pecel,Astaghfirullah,,,”lagi-lagi bibir dan hati berucap bersamaan namun kali ini bibirnya terhenti beberapa saat dan di gantikan otaknya yang mencerca “nek iki pecel” Astaghfirullah,,,, kembali bibir santri itu mengambil alih keadaan, dan seterusnya sampai adzan subuh berkumandang. 
           Setelah mengerjakan sholat subuh berjamaah bayang bayang nasi pecel masih mengendap dalam benaknya, mengepul nan masih hangat aroma sambal kacang khas sambelnya,sambil terus mengerjakan aktifitas ibadahnya santri itu tidak menghiraukan aroma khas sambelnya yang di taburi aneka sayuran mulai camba kemangi dan kangkung yang menjadi ciri khas dari pecel itu sendiri, semua itu ia biarkan berlalu dalam benaknya yang terus menggoda untuk segera lari membelinya atau hanya sekedar mencium aromanya hmmmm,,,,,
Namun santri itu tetap pada pendiriannya yaitu menyelesaikan apa yang telah ia mulai dengan cara istiqomah karna ia yakin apa yang telah di ajarkan para guru gurunya dan kiainya patut untuk di amalkan, “jangankan aroma nasi pecel,tsunami datang aq takkan meninggalkan apa yang telah aku istiqomahkan hingga hari ini” santri itu berbicara dengan hatinya sendiri untu mensugesti agar jiwanya tidak kendor dengan bisikan nafsu dan godaan nafsu lainnya(karna santri itu masih membawa keyakinan, syetan tidak menggoda kita namun kita yang tergoda dengan syetan karna liarnya nafsu yang tak terkendali) namun godaan serta bisikan juga rayuan nafsu hampir memporak-porandakan ketahanannya selama ini dengan datangnya suara berisik yang muncul dari perutnya,entah berapa jam santri itu tidak makan sesuatu hingga bunyi perutnya begitu nyaring terdengar oleh indra tubuhnya yang lain,namun jiwanya semangatnya terus berkobar dalam kegamanganya itu ia teringat maqolah “istiqomah iku lueh becik dari seribu karomah,yen siro wes biso istiqomah kuatno atimu njaluk nang pengeran e jagad yen di kuatno atimu” suara itu begitu jelas mengema ketika godaan serta bisikan nafsu semakin melemahkan raganya dan ketika semua usaha istiqomahnya hamper selesai santri yang lain  tiba-tiba mengahampiri “kang ono sego pecel ndok gota’an kanggo kowe” sepintas semrawut jiwanya ingin meloncat bahagia “HUUUUAAAAAA INILAH PERTOLONGAN ALLAH”bathinnya begitu bahagia atas kabar demikian,semalaman hanya duduk bertafakhur dan sangat ingin sego pecel namun akhirnya esoknya Allah mengirimkanya ”yo sek sedilut maneh” namun kalimat itulah yang terucap dari lidahnya karna ia tak mau menunjukan expresi bahagia karna keinginannya pada sego pecel di turuti Gusti Allah,malah nanti di kira wong kesambet.
Santri lain yang memanggilnya mengajak sampai 3 kali namun santri itu tetap bergeming dalam tafakhurnya seolah tak tahu akan hadirnya santri yang lain dan kedatangan nasi pecel yang telah di idam-idamkan itu “ya wes lho selak gak enak,,,”kata santri yang memangilnya sambil beranjak pergi dari tempat bertafakhurnya santri itu, “nek gak enak brarti ono tumpang e iki” tanpa berdiskusi dengan jiwanya, raganya lansung berdiri dan beranjak meninggalkan tempat istiqomahnya ”nek kiriman teko gusti Allah yow kudu lhang di disekno” bisikan nafsu pun mengiringi langkah menuju sego pecel yang telah menjemputnya.