Wednesday, 9 January 2019

CERPEN ; T I - D H A R


T I-D H A R
       
           Wahai mikail,,,,katakanlah padaku tanggal berapa dan bulan apa paketan rizkiku di antarkan padaku aku sudah bosan menunggu dalam ketidak pastian dan kekurangan nan panjang supaya aku bisa menyambutnya di depan teras rumahku yang akhir-akhir ini tak pernah kutempati.
Itulah tidar setiap malam selepas tengah malam, tidar keluar dan setelah turun dari masjid tiban ia berkeliling desa lalu berhenti ketika hatinya mengatakan untuk berhenti dengan berteriak teriak, namun katanya itu adalah doanya yang tidar panjatkan agar di dengar penghuni langit, ya selepas kepergian ayahnya tidar menjadi satu satunya dari baninya (bani namusah) dari garis keturunan ayahnya, dan dari garis keturunan ibunya tidar tak tahu banyak soal ibunya dan ayahnya juga tak banyak cerita tentang ibunya,tidar juga tidak dekat ibunya karna ibunya meninggal ketika tidar masih tidak mengerti apa-apa, konon menurut cerita tidar yang di dengar dari ayahnya, bani namusah(garis keturunan dari ayahnya) mempunyai sakit turunan bahkan sakit itu telah turun temurun walau sudah melewati tujuh generasi keturunan entah mitos atau fakta namun yang jelas itulah yang sedang terjadi dalam keluarga bani namusah, nama namusah sendiri seolah menjadi nama kutukan untuk keluarga ayah tidar, setiap penduduk desa yang telah di jelajahi oleh bani namusah entah secara kebetulan atau memang adanya kutukan selalu saja ada bala’ yang terjadi mulai kekeringan,kebakaran,kesurupan masal dan warga yang meninggal berturut-turut, entahlah!
sedangkan nama namusah itu sendiri di sandang kakek buyut yang keberapa dalam keluarga ayahnya tidar juga tidak ada yang tahu, singkat cerita setelah di Tanya penyakit turunan yang bagaimana yang melanda bani namusah, tidar sambil tersenyum sinis menjawab penyakit melarat tidar menjawab dengan mata menyala jalang.
masih dalam penuturan tidar, ketika tidar alahir ayahnya menamakannya MODAR dengan dalih bani namusah tinggal ayah tidar saja, dengan logika tidar lahir dalam keaadan keluarganya sangat sangat miskin dan ibu tidar dalam keadaan tak berdaya untuk menyusui apalagi merawat jabang bayi dan di tafsir oleh ayahnya bayi itu takkan hidup lama atau akan segera mati,
Dan bila nanti ada warga yang berbaik hati untuk sekedar mengkubur anaknya dan di sumbang batu nisan maka di batu nisan akan tertulis nama MODAR anaknya yang kurang beruntung karna terlahir di garis keturunan terkutuk, itulah yang ada dalam benak ayah tidar yang melihat bayi mungil nan kurang sehat itu, namun kelembutan hati seorang ibu menyangkalnya dengan segala kekuatan yang masih tersisa ibu yang melahirkan tadi berkata “ti-dhar” dengan jeda yang agak lama, ‘’tiada harapan yang pudar’’ kata ibu itu lagi di sisa sisa tenaganya dan itu kalimat terakhir yang terucap oleh ibu tidar, setelah mengucap itu ibu tidar tersenyum manis sekali, bahkan ayah tidar berani bersumpah ketika mereka mulai menikah sampai akhir hayat ibunya hanya senyum itu yang mengembang begitu manis nan indah selama mereka berdua membina rumah tangga, hingga dua tahun kemudian ibu tidar meninggal dan tidak pernah sekalipun berkata apa apa.
           Tepat di usia tidar lima belas tahun, di situlah ayahnya mulai banyak cerita tentang kerasnya hidup yang di jalani oleh keluarga namusah serta ayahnya sendiri tentang bagaimana keluarga namusah meminta dan memohon kepada sang pencipta serta usaha usaha nya namun semua bisa di rasakan hingga saat itu, mereka masih tinggal di rumah kardus dan berpindah pindah bila hujan melanda, mulai dari kota besar metropolitan,mini politan sampai kepedalaman bahkan keterasingan, namun tidak juga membawa perubahan bagi bani namusah sampai pada garis keturunan ayah dan tidar, ayah tidar juga menceritakan bagaimana saudara saudara nya meninggal dunia mulai dari penyakit,di amok massa sampai gantung diri, namun sebelum mereka semua tiada hanya ayah tidar yang di beri wasiat untu meneruskan garis keturunan namusah atau yang terkenal dengan bani terkutuk atau terkena kutukan “wes dadi tugasmu jo(ayah tidar), awakmu kudu iso medot kutukan iku utowo pedoten bani namusah kui, gantien karo bani mu dewe” dan setiap saudaranya berkunjung di tempat perantauannya setelah menyelesaikan wasiat itu beberapa bulan di temukan mati, selalu saja seperti itu.
         Ya, sekarang tidar sendirian di tengah sunyinya malam yang ada hanya ti-dhar dan tuhannya di malam itu.       





No comments:

Post a Comment