T I-D H A R
Wahai mikail,,,,katakanlah padaku tanggal
berapa dan bulan apa paketan rizkiku di antarkan padaku aku sudah bosan
menunggu dalam ketidak pastian dan kekurangan nan panjang supaya aku bisa
menyambutnya di depan teras rumahku yang akhir-akhir ini tak pernah kutempati.
Itulah tidar setiap malam selepas tengah malam,
tidar keluar dan setelah turun dari masjid tiban ia berkeliling desa lalu
berhenti ketika hatinya mengatakan untuk berhenti dengan berteriak teriak,
namun katanya itu adalah doanya yang tidar panjatkan agar di dengar penghuni
langit, ya selepas kepergian ayahnya tidar menjadi satu satunya dari baninya
(bani namusah) dari garis keturunan ayahnya, dan dari garis keturunan ibunya
tidar tak tahu banyak soal ibunya dan ayahnya juga tak banyak cerita tentang
ibunya,tidar juga tidak dekat ibunya karna ibunya meninggal ketika tidar masih
tidak mengerti apa-apa, konon menurut cerita tidar yang di dengar dari ayahnya,
bani namusah(garis keturunan dari ayahnya) mempunyai sakit turunan bahkan sakit
itu telah turun temurun walau sudah melewati tujuh generasi keturunan entah
mitos atau fakta namun yang jelas itulah yang sedang terjadi dalam keluarga
bani namusah, nama namusah sendiri seolah menjadi nama kutukan untuk keluarga ayah
tidar, setiap penduduk desa yang telah di jelajahi oleh bani namusah entah
secara kebetulan atau memang adanya kutukan selalu saja ada bala’ yang terjadi
mulai kekeringan,kebakaran,kesurupan masal dan warga yang meninggal berturut-turut,
entahlah!
sedangkan nama namusah itu sendiri di sandang
kakek buyut yang keberapa dalam keluarga ayahnya tidar juga tidak ada yang
tahu, singkat cerita setelah di Tanya penyakit turunan yang bagaimana yang
melanda bani namusah, tidar sambil tersenyum sinis menjawab penyakit melarat
tidar menjawab dengan mata menyala jalang.
masih dalam penuturan tidar, ketika tidar alahir
ayahnya menamakannya MODAR dengan dalih bani namusah tinggal ayah
tidar saja, dengan logika tidar lahir dalam keaadan keluarganya sangat sangat
miskin dan ibu tidar dalam keadaan tak berdaya untuk menyusui apalagi merawat
jabang bayi dan di tafsir oleh ayahnya bayi itu takkan hidup lama atau akan
segera mati,
Dan bila nanti ada warga yang berbaik hati
untuk sekedar mengkubur anaknya dan di sumbang batu nisan maka di batu nisan
akan tertulis nama MODAR anaknya yang kurang beruntung karna
terlahir di garis keturunan terkutuk, itulah yang ada dalam benak ayah tidar
yang melihat bayi mungil nan kurang sehat itu, namun kelembutan hati seorang
ibu menyangkalnya dengan segala kekuatan yang masih tersisa ibu yang melahirkan
tadi berkata “ti-dhar” dengan jeda yang agak lama, ‘’tiada harapan
yang pudar’’ kata ibu itu lagi di sisa sisa tenaganya dan itu kalimat
terakhir yang terucap oleh ibu tidar, setelah mengucap itu ibu tidar tersenyum
manis sekali, bahkan ayah tidar berani bersumpah ketika mereka mulai menikah
sampai akhir hayat ibunya hanya senyum itu yang mengembang begitu manis nan
indah selama mereka berdua membina rumah tangga, hingga dua tahun kemudian ibu
tidar meninggal dan tidak pernah sekalipun berkata apa apa.
Tepat di usia tidar lima belas tahun, di situlah ayahnya mulai banyak
cerita tentang kerasnya hidup yang di jalani oleh keluarga namusah serta
ayahnya sendiri tentang bagaimana keluarga namusah meminta dan memohon kepada
sang pencipta serta usaha usaha nya namun semua bisa di rasakan hingga saat
itu, mereka masih tinggal di rumah kardus dan berpindah pindah bila hujan
melanda, mulai dari kota besar metropolitan,mini politan sampai kepedalaman
bahkan keterasingan, namun tidak juga membawa perubahan bagi bani namusah
sampai pada garis keturunan ayah dan tidar, ayah tidar juga menceritakan
bagaimana saudara saudara nya meninggal dunia mulai dari penyakit,di amok massa
sampai gantung diri, namun sebelum mereka semua tiada hanya ayah tidar yang di
beri wasiat untu meneruskan garis keturunan namusah atau yang terkenal dengan
bani terkutuk atau terkena kutukan “wes dadi tugasmu jo(ayah tidar), awakmu
kudu iso medot kutukan iku utowo pedoten bani namusah kui, gantien karo bani mu
dewe” dan setiap saudaranya berkunjung di tempat perantauannya setelah
menyelesaikan wasiat itu beberapa bulan di temukan mati, selalu saja seperti
itu.
Ya, sekarang tidar sendirian di tengah sunyinya malam yang ada hanya
ti-dhar dan tuhannya di malam itu.
No comments:
Post a Comment