Di sebuah kota kecil yang dikelilingi bukit hijau dan aliran sungai jernih, hiduplah seorang gadis bernama Silvia. Silvia adalah seorang pemimpi. Ia selalu memandangi langit biru dan membayangkan dirinya terbang tinggi seperti burung, melintasi cakrawala yang jauh. Namun, kenyataan hidupnya jauh dari impian itu.
Silvia tinggal bersama ibunya di sebuah rumah sederhana. Ayahnya telah lama pergi, meninggalkan mereka dengan banyak kenangan dan sedikit harapan. Silvia bekerja di sebuah kedai roti, membantu ibunya mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meski hidupnya sulit, ia tak pernah kehilangan senyumnya.
Suatu hari, di kedai roti tempat Silvia bekerja, datang seorang pria tua yang membawa sekotak buku usang. Pria itu berkata, "Aku sedang mencari tempat untuk menjual buku-buku ini. Mungkin kamu bisa membantuku?"
Silvia memandang buku-buku itu dengan mata berbinar. "Apa aku boleh membacanya dulu?" tanyanya.
Pria tua itu tersenyum. "Tentu saja. Bacalah sebanyak yang kau suka."
Sejak hari itu, Silvia tenggelam dalam dunia baru. Ia membaca tentang negeri-negeri jauh, tentang pegunungan es, tentang hutan tropis yang penuh misteri. Setiap malam, setelah bekerja, ia duduk di bawah lampu kecil di kamarnya, membaca hingga larut.
Salah satu buku favoritnya adalah tentang seorang penjelajah bernama Armand. Buku itu bercerita tentang petualangannya menemukan peta harta karun yang tersembunyi di sebuah pulau terpencil. Silvia mulai bermimpi bahwa suatu hari, ia juga akan menjadi seorang penjelajah.
Tak lama kemudian, pria tua itu kembali. "Bagaimana dengan buku-bukunya?"
Silvia mengembalikan kotak itu dengan berat hati. "Buku-buku ini luar biasa. Terima kasih telah membiarkan aku membacanya."
Pria itu tertawa kecil. "Kau tahu, aku sudah tua dan tak punya banyak waktu lagi. Bagaimana jika buku-buku ini menjadi milikmu?"
Silvia terkejut. "Benarkah? Tapi aku tak bisa membayarnya."
Pria itu menggeleng. "Kau sudah membayarnya dengan semangatmu. Itu lebih berharga daripada uang."
Hari-hari Silvia berubah sejak itu. Ia terus membaca dan belajar dari buku-buku itu. Ia menabung sedikit demi sedikit dari hasil kerjanya di kedai roti, bermimpi suatu hari ia bisa pergi menjelajahi dunia seperti Armand.
Lima tahun berlalu. Dengan tekad dan kerja keras, Silvia akhirnya berhasil memulai perjalanan pertamanya. Ia berdiri di pelabuhan, membawa sebuah ransel dan peta yang dilipat rapi. Senyumnya merekah, mata berbinar seperti dulu saat membaca buku-buku itu untuk pertama kalinya.
Dan di kejauhan, pria tua yang memberinya kotak buku dulu, duduk di bangku kayu, tersenyum bangga melihat Silvia melangkah menuju impiannya.
Silvia akhirnya benar-benar menjadi burung yang terbang tinggi di cakrawala, membawa mimpi yang dulu hanya ada dalam buku-buku usang.
No comments:
Post a Comment